
Pengaplikasian Kegiatan Santri Sebagai Wujud Penerapan Karakter Ulama
Santri merupakan wujud implementasi dari pengembangan struktural lembaga pondok pesantren. Sebagai santri mendapat pembelajaran yang lebih dibanding dengan para siswa-siswi di luar lingkungan pondok pesantren.
Pembelajaran yang terstruktur, penanaman aqidah ahlak, pembelajaran karakter merupakan ciri khas pendidikan pondok pesantren, pada saat yang sama pengembangan bakat dan minat tentu tidak luput dari pendidikan pesantren di era modern ini.
Kegiatan keulamaan dimulai dengan yang paling dasar, seperti bangun pagi, solat malam dilanjutkan dengan solat subuh berjamaah, dan mengaji kitab. Hal ini merupakan kegiatan para santri memang dikhususkan untuk melatih kedisiplinan dan kekuatan mental dalam menjalani disiplin, tanggung jawab serta modal awal untuk membangun karakter positif setiap individu santri.
Pembelajaran ini dilakukan guna melestarikan budaya ulama, baik terdahulu maupun ulama kontreporer. Risalah agama Islam yang disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW merupakan bentuk karunia Allah SWT dalam menyempurnakan ahklak manusia.
Mengingat bahwa sebelum Islam muncul, tata krama pada masa jahiliah sudah terporak poranda oleh kebodohan sehingga kemanusiaan seakan-akan lenyap dari masyrakat pada saat itu. Ditunjukkan dalam firman Allah dalam Qs Al An’am 60:140:
“Sungguh rugi orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan tanpa pengetahuan dan mengharamkan rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka dengan (semata-mata) membuat-buat kebohongan terhadap Allah. Sungguh, mereka telah sesat dan tidak mendapat petunjuk.”
Ketika Islam datang, kebodohan itu perlahan lenyap dan membawa kehidupan yang lebih baik hingga kemasa sekarang, dan tentunya penanaman ahlak dan ajaran Islam ini harus terus berlanjut penyebarannya hingga ke segala penjuru masyarakat.
Pesantren hadir untuk mencetak generasi ulama dan melanjutkan perjuangan dalam menyebarkan agama Islam secara menyeluruh agar kebudayaan Islam ini tetap terjaga dan terus lestari. Kerasulan Nabi Muhammad menjadi penyempurnaan akhlak manusia sebagaimana yang disebutkan dalam Hadis Riwayat Al Bukhari no 273:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”
Pondok Pesantren Pangeran Dipenogoro hadir, ikut andil dalam melestarikan kebudayaan ulama kepada santri-santri. Memikul tanggung jawab besar, bahwa impian para ulama untuk melanjutkan perjuangan akan terus hidup meskipun tantangan ke depan tidaklah ringan dan kian berat.
Kegiatan santri di pondok pesantren diharapkan kuat melekat pada setiap individu santri, sehingga di manapun mereka tidak akan lupa identitas mereka, turut andil dalam melestarikan kebudayaan, pembelajaran dan karakter ulama.
Beberapa kegiatan pembudayaan tersebut, diamalkan ketika masih di pondok pesantren terus berlanjut hingga mereka kembali dalam kehidupan bermasyarakat.
Tantangan inilah yang mungkin dihadapi oleh pihak pengajar dan pihak pembina yang selalu berupaya memastikan bahwa santri di pondok pesantren akan selalu mentaati dengan penuh tanggung jawab dan disiplin, sehingga kegiatan positif itu akan menjadi kebiasaan dan budaya harapanya akan menjadi karakter utama yang melekat pada masing-masing individu santri.
Kegiatan santri yang selalu mengutamakan berjamaah akan mendidik santri dalam sifat sosial. Berjamaah merupakan wujud implementasi pada seseorang untuk selalu bersosial satu sama lain, melatih kebersamaan dan dalam rangka mensiarkan agama Islam.
Solat berjamaah mengajarkan santri bahwa kehidupan akan selalu berkaitan antara satu dengan yang lain, membentuk jiwa sosial, bersatu, terlatih menjadi follower pun leader yang baik dalam kehidupan, siap dipimpin pun memimpin. Hikmah berjamaah juga mendukung santri dalam pengembangan karakter disiplin, berfikir, berzikir dan life skills.
*) Penulis: Hafizal Asad Muzaki