Mujizat Sepanjang Zaman Diimani, Santri Sajikan Simaan Terbuka Tahfidz Al-Qurán Al-Karim
Prinsipnya dijaga, qalilun qarrun khairun min katsirin farrin, santri-santri menghafalkan dari 30 Juz kitab suci Al Qurán Al Karim. Menghafalkanya berarti sekalian menjaga kualitas capaian hafalanya. Santri-santri Madrasah Aliyah Diponegoro menghafalkannya tidaklah terburu-buru. Mereka berguru Al Quran membaca binnazar sekalian bilghoib secara bertahap dan runtut. Meski oleh kurikulum target hafalan ditetapkan, ujian kenaikan dilaksanakan sesuai capaian maqra’ hafalan masing-masing santri.
Ruang-ruang membaca dan menghafalkan Al-Qurán difasilitasi simultan di madrasah demikian pula di pesantren. Untuk melatih dan meningkatkan kualitas bacaan tahfidz santri diberikan uji panggung pada simaan terbuka Tahfidz Al-Qurán Al-Karim di setiap pekan pertama Pengajian Ahad Pagi Pondok Pesantren Pangeran Diponegoro Sembego Maguwoharjo.
Kecintaan generasi muslim kepada Al Qurán mujizat sepanjang zaman perlu terus digalakkan. Model-model yang bisa dilakukan sebagai upaya apresiasi dan motivasi kepada para santri untuk giat menghafal, mempelajari dan mencitai Al Quran diantaranya dengan simaan terbuka secara terjadwal dan kolegial. Tiada santri yang telah menghafalkan seberapapun capaian mereka kecuali mendapatkan kesempatan membacanya di panggung terbuka pesantren.
Pada simaan terbuka Tahfidz Al Quran Al Karim edisi III (5/5/24) diisi oleh ananda Alia Keisa Fauzia, Nusyaiba Izzatinnafih, Mutia Nurul Mutmainnah, Akbar Arbian Saputra, Taufiq Nur Fadilah, Hanania Nuha Alfadilah dan Fitri Nafingah. Jam 05.025 WIB bacaan bilghoib simaan dimulai. Yang mendengarkan pula yang membacanya mendapati kenikmatan dan berkahnya Al-Quran.
Pengampu Tahfidz Al Quran, Cinthiya Zakiah Arifah SAg mengatakan, simaan terbuka tahfidz Al Quran edisi ke-3 lancar. Performa santri lebih baik dari simaan edisi ke-2. Mereka nampaknya bersungguh-sungguh menyiapkan diri. Bacaan mereka relatif akas dan fasih. Mereka terlihat tampil percaya diri. “Kami berharap melalui event-event seperti ini daya dorong belajar santri meningkat lantaran ada tantangan dan riil pengalaman di hadapan public, jamaah.” Terang alumni IAIN Kudus ini lembut.
Pagi buta yang berkah, simaan terbuka terasa kidmat. Pada jam 06.00 WIB kesembilan santri semua telah memperdengarkan hafalan mereka. Usai tahfidz Al Qurán, berikutnya bandongan Pengajian Ahad Pagi bersama Pengasuh Pondok Pesantren Pangeran Diponegoro, KH Muhammad Syakir Ali. Sembari mensruput hidangan snak sehat dan teh hangat para jamaah duduk nikmat mengaji bersama-sama mendengarkan kitab yang dibacakan kiyai.
Pengajian Ahad Pagi sederhana namun mengajarkan disiplin tinggi kepada para santri. Efektif 60 menit lamanya pengajian bandongan selesai tepat jam 07.00 WIB. Tak lupa disempurnakan dengan mengirim doa kalimah tayyibah dan tahlil untuk para pendahulu dan ahlul kubur muslimin muslimat keluarga besar jamaah pengajian Ahad Pagi dan pondok pesantren.
Tema bandongan pengajian Ahad Pagi membahas tentang menyeru kebaikan dan menghalau kebatilan atau maksiat. KH Muhammad Syakir Ali membacakan hadis dan pula kutipan ayat Al-Qurán tentang kedua hal tersebut dalam kitab. Jelas dan terang. Masuk dalam pemahaman, mencerahkan hati dan menumbuhkan kecerdasan-kecerdasan akliah.
Kiyai Syakir menegukan santri, orang tua dan semuanya berkewajiban mengajak hal baik dan menahan apapun kemungkaran. Di pesantren anak-anak diuji dengan banyak perkara. Anda akan belajar bermurah hati dengan ujian demi ujian yang kalian hadapi. Menahan diri untuk tidak ramai saat waktu belajar. Kalian berkewajiban menahan temanya yang mungkar.
Fasilitas pesantren yang terbatas dan sebagainya acap kali meminta kesabaran dan kecerdasan. Temanya mengganggu dan seterusnya itu bentuk-bentuk ujian. Jangan kemudian ciut nyali, saya dibulyi. Lalu kabur, pulang ke rumah tidak jadi mondok. Ujian-ujian itu untuk membentuk kalian menjadi khairo ummah, kalian adalah tunas-tunas terbaik bangsa.
Pesantren ini rumah Kalian sendiri. Rawat dan bersihkan. Yang bawa sampah Kalian. Yang membersihkan juga Kalian. Buatlah pesantren ini nikmat karena bersih dan tertata. Bilmana kelak kalian kelak jadi pejabat, jadilah pejabat yang pemaaf, bermurah hati, dan tinggalkan orang-orang bodoh karena sifat buruknya. Waárid ánil jahilin ….
Orang bodah tidak bisa menyeru yang ma’ruf dan menahan yang mungkar. Ini adalah jihad lisan bagi orang mu’min. Iman kita berarti hilang bila tidak mampu melakukan yang demikian. “Para santri jadilah khairo ummah. Kami berharap kalian semua belajarnya semakin total, agar kelak menjadi orang yang kuat yang mampu memberi manfaat lebih bagi diri, keluarga, agama, bangsa dan negara.” Demikian tegas Rois Syuriah PCNU Kabupaten Sleman tersebut lalu memimpin doa tahlil untuk mengakhiri pengajian. Bj