
Santri MADIPO Panen Ilmu dan Berkah: Transformasi Deep Learning Melalui Pertanian Organik
Laboratorium Sains dan Kewirausahaan MADIPO seluas 750 meter persegi bukan sekadar wahana bercocok tanam—melainkan unit penunjang akademik bagi para santri. Sejak 22 Mei 2025, dengan tekad kuat dan penuh kesungguhan, para santri melakukan eksperimen tanam padi Mentik Wangi secara organik. Selama 130 hari, setiap helai daun yang tumbuh, setiap butir padi yang berkembang, adalah buah hasil kerja keras, ketekunan, dan tanggung jawab mereka dalam melaksanakan penyiangan, pemupukan, pengairan, serta perlindungan dari serangan hama.
Namun lebih dari itu, proyek ini adalah metafora dari pembelajaran mendalam—deep learning—yang mengajarkan santri bukan hanya menghafal teori, melainkan memahami, meresapi, dan mengamalkan nilai-nilai Islam dalam praktik nyata. Melalui pembelajaran fiqh muamalah, santri mengenal beragam akad seperti Musaqah, Muzara’ah, Mukhabarah, Mudarabah, Murabahah, Syirkah, Syuf’ah, Wakalah, Shulhu, Dalaman, Kafalah, dan zakat pertanian. Mereka diajak berpikir kritis, menganalisis situasi, serta mengambil keputusan bijak berdasarkan nilai-nilai syariah.
Pendekatan deep learning yang holistik ini mendorong para santri untuk aktif berperan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi proyek. Mereka belajar bekerjasama, menghadapi tantangan, dan mengevaluasi hasil—bukan sekedar menyelesaikan tugas, tetapi menginternalisasi ilmu sebagai bekal kehidupan. Dengan begitu, mereka membentuk karakter luhur yang memadukan kecerdasan intelektual, kepekaan sosial, dan spiritualitas yang kokoh.
Proyek tanam padi sistem organik MADIPO bukan hanya sekadar kegiatan pertanian, melainkan transformasi pendidikan Islam yang membangun insan cerdas, kreatif, dan berakhlak mulia. Ini adalah benih masa depan yang ditanam dengan semangat ilmu dan keimanan, yang insya Allah akan berbuah menjadi ilmuwan berintegritas, pemimpin bijaksana, serta wirausahawan yang berkontribusi nyata bagi masyarakat dan bangsa.
Usai pembelajaran di kelas ikuti TKA dan murajaah Tahfidzul Quran santri bergerak menuju laboratorium memanen eksperimen tanam padi. Pada Kamis, 2 oktober 2025 ramai-ramai santri Madrasah Aliyah Diponegoro Yogyakarta (MADIPO) putra dan putri bergotong royong memanen padi. Mereka bergerak bersamaan dalam perbedaan. Sebagian menggulung jaring pengaman emprit, memintal tali pengecoh hama, mengarit padi, menata terpal untuk penampungan, ada pula yang bersiap-siap menggepyok.
Salah satu santri, Muhammad Fadlurahman Taufiqurazen (16), memperkirakan hasil panen gabah kering mencapai 2 kwintal atau setara dengan 5-6 bagor. “Dengan menerapkan sistem Muzaraah, pembagian hasil antara pemilik lahan dan penanam dapat dilakukan secara adil, mengacu pada prinsip-prinsip fiqh yang mendalam. Kami siap memastikan setiap pihak mendapatkan haknya sesuai ketentuan syariat. Dari hasil panen tersebut, zakat sebesar 5% akan kami tunaikan sebagai bentuk kewajiban sosial dan spiritual yang mendatangkan berkah. Pengairan yang optimal melalui irigasi turut mendukung keberhasilan pertanian ini, sehingga produktivitas meningkat dan keberkahan senantiasa menyertai,” jelas Razen penuh keyakinan.Bj