• 0811-3201-0001
  • madipoyk@gmail.com
  • Maguwoharjo, Yogyakarta
Psikologi
Sembilan Kemampuan Non Teknis Dikembangkan Pesantren untuk Keberhasilan Santri

Sembilan Kemampuan Non Teknis Dikembangkan Pesantren untuk Keberhasilan Santri

Bagikan berita :

Pendidikan pondok pesantren telah menjadi entitas sistem pendidikan nasional. Bergembiralah bagi putra-putri bangsa yang diberikan kesempatan mengenyam pendidikan pesantren. Di era kemajuan ini pesantren pilihan terbaik dari yang terbaik.

Tempat utama pelajar mencari ilmu keislaman dan ilmu pengetahuan ialah pondok pesantren. Pendidikan pesantren melahirkan peradaban bangsa dan majunya negara. Pola pendidikanya inklusif, humanis dan progresif. Ustadz-ustadzahnya banyak makan asam garam dan penyayang.

Untuk kemajuan Indonesia dan dunia di masa depan sistem pendidikan pondok pesantren memberikan beribu keuntungan dan keren. Mondok dan sekolah dipesantren mendapatkan keadaban, pendidikan sekalian pengajaran.

Pendidikan pesantren khas dan teristimewa. Menekankan latihan-latihan, pengulangan muatan materi takperlu terkecuali untuk pendalaman dan berlakunya lompatan yang tak berurutan dalam suatu pelajaran.

Kurikulum terstruktur pesantren mengajarkan Aqidah, Al-Quran, Nahwu, Sorf, Fiqh, Hadits Sohih Bukahri, Ihya Ulumuddin, Balaghah, Mantiq, Usul Fiqh, Tafsir dan Tasawuf.

Kemampuan non teknis sangat penting. Selain bersifat keilmuan dan keimanan pendidikan pesantren memberikan praktik-praktik life skills sebagai pengembangan kemampuan softs kills untuk keberhasilan santri, yakni;

  1. Komunikasi Efektif

Nabi Musa As telah mengajarkan untuk berkomunikasi dengan baik. Rabbisrohli sadri wayassirli amri wahluluqdatamillisani yafqauhu qauli. “Ya Allah, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku”, (QS 20: 25-28).

Mendengarkan secara aktif saat mengaji badongan, menyimak khutbah, memperhatikan petuah, menulis dan memahami suatu pembicaraan menjadi bentuk-bentuk produktif praktik melatih kemampuan komunikasi santri.

  1. Keterampilan Interpersonal

Empati merasa senasib menuntut ilmu, bekerja sama, membangun interaksi yang positif dapat menumbuhkan mentalitas. Yakni kecerdasan interpersonal dan intrapersonal. Hari-hari santri di pesantren melatih kemampuan hidup harmoni.

  1. Manajemen Waktu

Amat berharga waktu di pesantren. Waktu istiwa, Asar, Maghrib, Isya dan Subuh terjaga dengan ritme ubudiyah jamaah salat fardlu, bahkan dini hari qiyamullail.  Pula kegiatan turunan harian lain yang terjadwal rutin.

Santri ditempa dengan pola disiplin waktu yang alami. Dengan demikian santri dibimbing agar mampu merencanakan, melakukan dan memprioritaskan waktu dengan seproduktif dan semanfaat mungkin.

  1. Kemampuan Adaptif

Tantangan dan masalah hadir di pesantren. Almuhafazatu alqadim assalih walakhdzu biljadidil aslah. Santri dihadapkan keleluasan dan urusan. Jika di rumah banyak fasilitas di pesantren adanya terbatas. Kegiatan di rumah sederhana namun di pesantren sangat komplek. Santri diminta menyesuaikan dan menjalaninya.

Berfikir terbuka, fleksibilitas dan perubahan ada di pesantren. Di rumah ada di pesantren sama. Di rumah tiada namun di pesantren ada. Pesantren melatih santri berfikir terbuka dan bagaimana mampu menjalani perubahan yang lebih baik.

  1. Penyelesaian Masalah

Menemukan jawaban, menyelidiki suatu persoalan dan membuat keputusan memerlukan pemikiran kritis dan kecermatan mengidentifikasi masalah. Misalnya allowance menipis namu harus bertahan sampai waktunya. Santri dilatih kuat, kreatif dan solutif. Bukan pulang lalu meminta uang saku tambahan.

Di pesantren etika dikembangkan tauhid ditanamkan. Tiada kemudahan melainkan Allah memudahkan pula tiada kesulitan kecuali Allah memudahkan. Allâhumma lâ sahla illâ mâ ja‘altahu sahlan wa anta taj‘alul ḫazna idzâ syi’ta sahlan.

  1. Kepemimpinan

Mampu mendengarkan, menggerakkan, mengispirasi, mengorganisasi lagi bertanggung jawab sistemik dalam hidden curriculum pesantren. Santri dengan beragam kegiatan baik di hadapan pun di luar pengawasan senantiasa dalam bimbingan yang penuh kasih sayang ustadz-ustadzah.

Santri diarahkan eksis, inisiatif, mandiri dan bertanggun jawab. Bukahri Muslim meriwayatkan, “Kullukum ra’in wakulluum masulun ‘an raiyyatih”. Memotivasi diri atau teman untuk aktif belajar, melaksanakan tugas pribadi pun organisasi diberlakukan. Di pesantren santri dididik agar berani dan siap menjadi follower pula leader.

  1. Manajemen Emosi

Penting bagi santri mendapatkan bimbingan dan arahan. Rumah keduanya di pesantren seiring berjalannya waktu akan mematangkan emosi dan kedewasaan santri. Marah, sedih dan gembira ada rumusnya. Pesantren berkontribusi dalam pembentukan mental tahan uji.

Sabar, syukur dan qanaah ditanamkan. Santri mendapati latihan empati dan kemahiran mengelola emosi. Kecakapan santri membangun perilaku positif dikondisikan dan dipraktikkan. Bilamana dapat oleh-oleh dari rumah lalu berbagi sama teman. Bilamana sandalnya dighosop sabar sembari mencari peminjamnya.

  1. Kerjasama Tim

Mencapai suatu tujuan membutuhkan kekuatan dan semangat. Pelajaran hidup bersama berguna bagi generasi saat ini dan kedepan. Kemampuan bekerja sama, saling menguatkan,bantu-membantu dan menjaga kekompakan sangat islami. Jika sendiri minim kekuatannya atau hasilnya berbeda dengan ketika dengan bekerja sama.

Bekerja sama dalam tim mendatangkan manfaat yang lebih dan berkah. Agama menguatkan untuk bekerja sama dalam urusan-urusan pekerjaan, organisasi dan kemasyarakatan. Merawat kamar dan fasilitas pesantren tidak bisa sendiri. Santri senantiasa terlibat dalam giat 5R; ringkas, rapi, resik, rawat dan rajin merupakan bentuk dari pendidikan kecakapan kerja sama ala pesantren.

  1. Kreatifitas

Hal menarik banyak dijumpai di pesantren. Ide-ide baru terkadang muncul yang sebelumnya tak terencana oleh fikiran. Benturan-benturan permasalahan mengasah kecerdasan dan kedewasaan. Tiada bantal buku pun bisa jadi dapra ganjal kepala sehingga nyenyak tidur, contohnya.

Berfikir dan bertindak benar diajarkan pada pesantren. Akal dan hati dijaga dan disinari. Hal-hal positif dari keterbatasan membantu santri untuk berfikir menghasilkan kreativitas. Lingkungan pesantren menempa santri untuk dapat menemukan terobosan dari situasi atau masalah.

Bersuci itu wajib,bilamana tiada air ataupun karena berhalangan karenanya maka tetap saja bersuci hendak dilakukan, dengan tanpa air sekalipun, tayamum misalnya. Banyak hal yang menmbantu pertumbuhan kemampuan kenapa anak-anak dididkan pesantren memiliki kreatifitas plus.

Teknologi informasi dan kecerdasan buatan tak terbendung perkembanganya. Revolusi 4.0 dan 5.0 ialah keniscayaan. Kemampuan non teknis (9) seperti tersebut di atas penting bagi siapapun. Tak terkecuali bagi santri sehingga siap menghadapi tantangan dan peluang Indonesia Emas Tahun 2045 . Santri layak mendapati kehidupan yang prospektif, poduktif dan menggembirakan di masa-masa yang akan datang. Bj

Bagikan berita :
Ada Pertanyaan,
Silakan WA kami..