
Manajemen Limbah Diupgrade, Lanscape Madrasah Terbentuk & Lingkungan Semakin Hidup
Penjajah Belanda memakan waktu ratusan tahun dalam penaklukan bumi nusantara. Begitu gigih, terorganisasi dan permisif mereka melakukan fasad dan kebatilan. Walhasil kolonial Belanda mendapati tindakanya selama ± 350 tahun dengan kerugian dan kemelaratan. Meski diorganisasi kebatilan tetaplah dimurkai dan berkonsekuensi. Maka hal yang ma’ruf seperti halnya menjaga lingkungan ini, sangat perlu diorganisasi dan ditelateni sehingga berdampak dan memberikan manfaat bagi keberlangsungan masa depan generasi.
Memelihara lingkungan berarti mengamalkan perintah agama. Mengelola limbah bagian dari tindakan yang ma’ruf dan berkah. Plastik banyak manfaatnya. Setelah digunakan tidaklah boleh menjadi limbah dan sampah yang buruk dampaknya sebab sikap apatis. Demikian juga sisa jajan, makanan atau limbah apapun turunan dari tindakan atau kegiatan lainnya di madrasah. Sementara kita mengimani bahwa rahmat Allah itu nyata adanya dan begitu dekat.
Warga Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Pangeran Diponegoro Sembego Maguwoharjo (MADIPO) memiliki giat lifes kill pagi dan sore. Mengelola lingkungan dengan tindakan dan pembiasaan anak-anak pagi dan sore menyapu, membersihkan halaman, kamar dan kelas menjadi kurikulum penting pendidikan sistem pesantren MADIPO. Masing-masing anak mendapatkan teritori giat life skill.
Hal kecil acap kali lewat dari perhatian. Plastik bekas ataupun limbah lainnya di area madrasah terkadang tidak dianggap masalah lantaran rendahnya literasi pemahaman ajaran agama dan nilai-nilai sains. Santri tidak boleh dimanja. Guru karyawan harus menuntun mereka untuk terampil dan salih. Mengandalkan kebersihan dan membangun lingkungan kepada office boy bukan solutif. MADIPO mentradisikan limbah, plastik dst diperlakukan yang benar. Khalifah-khalifah lingkungan ialah semua warga madrasah; anak-anak dan segenap guru dan karyawan.
Jangan pesimis dan prustasi menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Limbah atau sampah tak terhindarkan dari lingkungan. Memungut putung rokok, plastik misalnya merupakan tindakan terpuji lagi islami. Lebih-lebih tindakan tersebut dikembangkan dan diorganisasi. MADIPO menerepkan lima metode pembentukan lingkungan. Anak-anak dibimbing bertindak ringkas, resik, rapi, rawat dan rajin (5R). Sungguh memerlukan kesabaran untuk melakukan dan membiasakan perilaku tersebut.
Pendidikan punya misi intervensi pembentukan perilaku mulia. Guru-guru MADIPO dan anak-anak terus berlatih mengelola limbah. Terminal sampah dipetakan. Terminal A untuk penampungan jenis sampah. Terminal B untuk sortasi dan termial C untuk reproduksi atau packing. Fase pertama akhir semester (Juli-Desember 2024) POC hasil reproduksi limbah memberi manfaat untuk suplai nutrisi tanaman madrasah. Pengurus IPPNU, Mahalli dkk memasok limbah tersebut kepada pengepul rongsok. Limbah botol dan kertas diuangkan.
Tiada gunungan sampah di madrasah lantaran praktik-praktik 5R. Tanaman pepaya di MADIPO misalnya, mendapati pupuk dari produksi POC dari limbah organik. Pupuk cair produksi madrasah tersebut juga dimanfaatkan untuk memupuk tanaman pakcong, kolonjono, odot, pisang, tela ketan, serai di kebun kewirausahaan MADIPO di area pesawahan Grogol Kadisoko Tempelsari Maguwohajro.
Dampak buruk limbah dikendalikan. MADIPO sedikit demi sedikit memetik manfaat material dan non material dari upgrade pengelolaan limbah madrasah. Tiada sampah di lingkungan kecuali diperlakukan, bukan dibuang. Tidak memiliki karyawan kebersihan tetap terkendali dan optimis. Kita punya tujuan bahwa dengan giat life skill madrasah dan pesantren akan lahir khalifah-khalifah masa depan yang transformatif, cemerlang lagi saleh. Bj