Santri Manakiban Syaikh Abdul Qadir Al Jailani
Santri MA Diponegoro Yogyakarta melaksanakan manakiban dan istighasah setiap bulan sekali. Kegiatan ini dalam rangka tabarukan dan memuliakan waliyullah. Bacaan Manakib Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dan istighasah pada Jum’at 11 Sya’ban 1444/ 3 Maret 2023 dipimpin Kiyai Alwi Fuadi dan Kiyai Muhammad Zaidun Lc MHum.
Manakiban dimulai dengan membaca tawassul kepada Allah melalui para nabi dan rasul-Nya, auliya dan para syuhada, para shalihin dan tabi’in, membaca Al Fatihah dan membaca kitab Manakib Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Kitab ini berisi riwayat biografi, kisah teladan, doa-doa zikir dan karamah Waliyulla, Syaikha Abdul Qadir Al Jailani.
Tujuannya adalah untuk memohon kepada Allah melalui wasilah Sultanul Auliya, pemimpinya para wali. Dalam manaqib tersebut Syaikh Abdul Qadir Al Jailani berpesan, barang siapa memohon kepada Allah, maka mintalah melaui aku.
Imam Sya’roni menjelaskan, “Sesungguhnya Allah SWT itu selalu membuat wakil berupa satu malaikat di dalam kuburnya para wali, yang bertugas mengabulkan seluruh hajat manusia”.
KH Ahmad Bunyamin bersaksi atas kewalian dan karamah Syaikh Abdul Qadir Al Jailani. Pengamal manakib Pengasuh Pesantren Al I’anah Caracas Kalijati Subang tersebut mendapati kecukupan dan ketenangan, selalu ada rezeki dan keberkahan.
Generasi masa kini dan yang akan datang hendaknya mendapatkan pengajaran yang baik. Mereka seyogyanya memiliki adab kepada para shalihin yang ‘arif billah nan pribadinya mengikuti jejak nabi, taat kepada perintah Allah dan senantiasa menjauhi maksiat kepada-Nya. Yakni waliyullah, yang padanya diberikan karamah.
Menghormati dan memulyakan wali Allah dapat dilakukan dengan membaca manakib dan beristighasah. Sebagaimana guru-guru MA Diponegoro Yogyakarta mengajak para santri membaca Manakib Syaikh Abdul Qadir Al Jailani setiap tanggal 11 pada bulan qamariyah.
Karamah Al Imam Al Kutubul Aqthab nyata adanya. Kasat mata namun dapat dirasakan dan terbukti. Melalui jalan manakib dan istighsah secara simultan dan bersama-sama hajatnya tiada satupun cita-cita santri dan tujuan pendidikan madrasah kecuali Allah Swt akan mengabulka semuanya.
Tiada santri yang mengantuk saat manakiban. Mereka melaksanakan amaliah dan istighasah ini dengan gembira dan penuh yakin atas kemurahan Allah melalui wali-NYa. Usai baca manakib diteruskan dengan bersama-sama makan kembulan ingkung ayam kampung. Bj