Workshop Integrated Farming Mengkader Pelajar Menjadi Saintis dan Pebisnis Masa Depan
Mengembangkan pengetahuan dan kemampuan sangatlah penting. Sebagai upaya sadar agar memiliki soft skill dan hard skill yang baik, siswa-siswi MA Diponegoro Yogyakarta menjalani worskshop Integrated Farming (IF), organic agriculture di Joglo Nusantara Organik pada Sabtu, 24 Juni 2023. Mereka belajar sistem pertanian integratif dan agrobisnis.
Workshop diisi oleh para ahli yakni Mas Abdul, Muhammad Irsyadul Ibad, dan Yudi Setiadi. Workshop berlangsung mengalir nan asyik dari pagi hingga sore hari. Siswa-siswi dihadapkan masalah dan peluang.
Siapa yang bercita-cita jadi petani? Tak satupun yang menyatakan diri ingin menjadi petani. Yudi menginvetarisir beragam jawaban yang mereka sampaikan, ini dan itu, banyak sekali.
Yudi melanjutkan pertanyaan. Siapa yang ingin menjadi kaya? Tiada keraguan sedikitpun siswa siswi melambaikan tangan sebagai tanda pengakuan. Yudi maklum dan memahami. Petani yang terpuruk menjadi alasanya. Di mata anak milenial saat ini, petani bukan profesi yang menjanjikan meski kedepan, 15-20 tahun yang akan datang pertanian menjadi bisnis masa depan.
Ambigu dan kompleksias itu fakta. Swasembada beras era Pak Harto 1984 menyisakan kerusakan dan krisis. Benih komoditi asli negeri menghilang padahal aset utama yang adapif dengan beragam hama dan kondisi alam. Lahan rusak dan tidak subur lagi residu dari perlakuan pupuk kimiawi proyek kapitalis. Biaya operasional tinggi dan hama semakin menjadi, sulit diatasi.
Yudi mendeskripsikan kurva ekonomi bisnis ketahanan pangan. Pemilik modal, petani, dan penjual. Bagaimanapun situasinya posisi petani selalu yang paling lemah. Kurva U terbaca dengan baik. Persoalan dan masalahnya. Aspek historis, ekonomi dan sains; kimia, fisika pula ekologi masing-masing teridentifikasi. Fitri, Fitrin, Afrina dll manggut-manggut mendapati pemikiran yang mencerahkan.
Bertani tradisional dahulu menggembirakan hasilnya. Namun kita tidak bisa kembali kepada masa lalu. Integrated farming menjawab sekian permasalahan. Kalian ingin penghasilan 2 digit sangat bisa. Petani yang berilmu sangat mungkin sejahtera hidupnya dan tinggi pendapatanya.
Bertani merupakan usaha niaga tidak semata bercocok tanam. Petani perlu menyadari bahwa usahanya sebagai agrobisnis. Strateginya ialah integrated farming yakni bertani yang didasari dengan rasya syukur, keimanan dan pengetahuan. Bibit, olah lahan, pupuk, dan sistem perawatan harus menjaga kelestarian ekosistem. Pupuk dan pestisida nabati dari lingkungan. Nyaris operasional nol rupiah, tinggal menyiapkan biaya tenaga.
Petani rugi skemanya sudah kebaca sejarahnya, penyebabnya pula teridentifikasi dampaknya. Bertani yang integratif dengan semangat agrobisnis seraya menjaga ekologi maka petani akan menuai penghasilan yang tinggi. Keberkahan di daratan pun lautan akan berfihak karena petani memahami ekologis. Selanjutnya pertanian menjadi sektor bisnis masa depan yang sangat menjanjikan.
Siswa siswi peserta worshop organic agriculture juga terjun di kebun Agro Organik Nusantara. Yudi menunjukkan bagaimana pemeliharaan budidaya pepaya California, mengidentifikasi bunga jantan dan betina, perhitungan bisnisnya pula jaringan penjualanya. Terik panas di kepala terasa menyengat namun siswa-siswi tetap saja semangat belajar, menikmati dialog dengan alam, hijau dan suburnya kebun organic California.
Pada sesi akhir siswa siswi diajak terlibat dalam pembuatan pupuk kompos dan pupuk organik cair (POC). Limbah kandang domba setelah diolah sangat bermanfaat dan menjadi solusi kesuburan dan kesehatan tanah. Akbar, Diki dkk mempraktikkan pembuatan POC dengan dipandu Mas Abdul sebagai fasilitaronya.
Dipenghujung worshop Muhammad Irsyadul Ibad berpesan, janganlah nyirik suatu pekerjaan, takut item karena bertani misalnya. Semua pekerjaan itu mulia. Ambil ilmu pengetahuan dari siapapun. Banyak hal perlu didekati dengan sains. Kalian mau jadi apa saja bisa, banyak peluang. “Saya sepulang dari Jakarta memimpin rapat kementerian sampai di rumah langsung ke sawah biasa saja, dan itu saya lakukan.”
Yudi Setiadi menguatkan, dari workhsop ini kita punya tanggung jawab. Mari kita tarik agar kurva kemakmuran menjadi nyata bagi petani apapun posisi kalian kelak; pemimpinkah, ilmuankah, pebisniskah, profesional atau tehnokratkah. Ini bukan startup atau bisnis-bisnis mimpi. “Agrobisnis sudah mulai dilirik banyak fihak. Kalianlah calon-calon pemainya.” Demikan Yudi memotivasi.
Sementara itu Zainal Muttaqin ME, guru penanggung jawab Workshop Organic Agriculture ini menuturkan, siswa-siswi MA Diponegoro Yogyakarta sangat baik dalam mengikuti dan menjalani workshop ini. “Mereka aktif dan banyak melontarkan pertanyaan-pertanyaan kritis kepada naras sumber. Target program tercapai insya Allah. Pasca workshop perlu kita tindak lanjuti”. Bj