• 0811-3201-0001
  • madipoyk@gmail.com
  • Maguwoharjo, Yogyakarta
Berita
Ikuti Manhaj Aswaja Santri Dirikan Salat Tarawih Paket 23 Rekaat Termasuk Witir

Ikuti Manhaj Aswaja Santri Dirikan Salat Tarawih Paket 23 Rekaat Termasuk Witir

Bagikan berita :

Santri Pondok Pesantren Pangeran Diponegoro Sembego Maguwohajro, putra dan putri, tabah hati mengikuti program 20 hari Ramadlan Karim 1445 H. Berbagai kegiatan berderetan urut waktu; pagi, sore, dan malam hari. Diantaranya ialah mendirikan salat tarawih sistem 1 juz setiap malamnya.

Keberkahan bulan Ramadlan dicari setiap hamba yang beriman. Rajab diinginkan. Sya’ban dirasakan. Berikutnya Ramadlan membukakan pintu-pintu sorga sementara itu neraka-neraka pintunya dikunci. Tiada lailatul qadar dan nuzulul Qur’an eksepsi dimalam bulan Ramadlan. Tiada didirikanya salat malam tarawih kecuali di bulan yang suci ini.

Bertalian salat tarawih, Nabi Muhammad Saw pernah merasa kawatir kepada ummatnya kalau-kalau tidak mampu mengerjakanya. Dijumpai hanya tiga kali Nabi melaksanakan salat tarawih di masjid, selebihnya salat di rumah. Bersama warga Nabi melaksanakan tarawih 8 rekaat kemudian dilanjutkan di rumah sampai 20 rekaat dan diakhiri dengan salat witir 3 rekaat.

Salat tarawih ialah salatullaili matsna-matsna, setiap dua rekaat salam. Setelah Nabi Muhammad tiada, perintah salat tarawih dilanjut Khalifah Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Salat tarawih dijalankan bersama-sama sahabat di masjid dengan pola rekaat paket 23 termasuk witir.

Nabi pernah berwasiat “Ikutilah langkah 2 orang setelahku, Abu Bakar dan Umar.” Dalam HR Abu Daud dikatakan Nabi Muhammad bersabda, “Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah Khulafau Rasidin yang mendapatkan petunjuk”. Oleh karenanya Khalifah Umar bin Khattab meminta Ubay dan Tamim al Dariy untuk menuntun orang-orang melaksanakan 20 rekaat salat tarawih.

Bilangan salat tarawih 20 rekaat dan 3 rekaat salat witir telah menjadi ijma’. Pelaksanaanya dilanjutkan pada masa Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, masa sahabat, tabiit tabiin hingga kini oleh para pengikut ahlussunah wal jamaah (Aswaja). Nabi bersabda, “Para sahabatku bagaikan bintang-bintang, kemanapun ia mengikutimu ia akan menerangimu”.

Pengikut mazhab Hanafiyah, Syafiiyah, Hanabillah, dan Malikiyah menghukumi salat tarawih sunnah ‘ain muakkadah. Sunnah ‘ain bagi Syafiiyah dan Hanabilah. Sunnah mandubah bagi Malikiyah. Dan sunnah kifayah bagi Hanafiyah.

Orang-orang beriman di bulan Ramadlan mendapati panggilan untuk berpuasa sebulan penuh. Puasa merupakan ibadah yang full berkah sebagaimana puasa juga dilaksanakan umat nabi-nabi terdahulu dan ummat Nabi Muhammad Saw. Kedudukannya tinggi dan mulia. Jika Rajab bulan bagi Allah dan Sya’ban bagi Rasullullah Muhammad Saw, maka Ramadlan merupakan bulan bagi manusia, istimewa bukan?

Siang hari untuk berpuasa. Menahan diri tidak makan, tidak minum dan menjaga diri dari perkara yang dapat membatalkan atau merusak kualitas ibadah saum. Malam harinya menghidup-hidupkan Ramadlan dengan mendirikan salat tarawih, tadarrus Al-Quran dst. Salat tarawih diawali dengan berjamaah salat Isya, wiridan, salat sunnah ba’diyah lalu dilanjut salat tarawih secara terpimpin. Demikianlah yang dipraktikkan para santri di pesantren.

Salat tarawih di Pondok Pesantren Pangeran Diponegoro dipimpin santri senior yang mana pada setiap malamnya salat tarawih tuntas membaca 1 juz Al Qur’an. Malam tarawih pertama tamat  bacaan juz 1, berikutnya juz ke-2, ke-3 dan seterusnya. Suasana mendukung meski terasa lama. Namun aura Ramadlan terasa kuat, santri ringan kaki menjalani.

Usai melaksanakan salat tarawih santri disegarkan dengan suguhan kuliyah 7 menit, sparing public speaking dengan menghadirkan dai-daiyah dari kalangan mereka sendiri. Tema yang mereka angkat bebas, yang penting santri punya panggung untuk berlatih amar ma’ruf, berbagi ilmu, nasehat dan pesan-pesan kebajikan masa depan. Bj

Bagikan berita :
Ada Pertanyaan,
Silakan WA kami..